Afdeling Van Batubara

Bekas Afdeling Van Batubara yang sekarang menjadi sekolah dasar
Bekas kantir Afdeling Van Batubara yang sakarang dijadikan  sebagai  Perpustakaan Daerah dan  Arsip  Daerah Kabupaten Batubara Sumatra Utara

Gedung yang berdiri di Jalan Imam Bonjol  Kecamatan Talawi kabupaten Batubara Provinsi Sumatra Utara ini menjadi Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi. Dulunya digunakan sebagai kantor afdeling van Batubara. Afdeling merupakan wilayah administratif pada pemerintahan Hindia Belanda yang diperintah oleh seorang asisten residen. Afdeling merupakan bagian dari sebuah keresidenan. Sebuah afdeling terdiri atas beberapa onderafdeling. Jadi bisa dikatakan bahwa sebuah residen adalah provinsi, afdeling bisa disamakan dengan kabupaten sedangkan onderafdeling disebut kecamatan.

Sejenak menjenguk sejarah

12 September 1865 kesultanan Asahan jatuh ke tangan Belanda.

30 September 1867  Batavia menerbitkan Gouverments Besluit no.2 tentang pembentukan Afdeling Asahan. Sejak itu secara admnistratif Batubara menjadi bagian dari wilayah Asahan dengan nama Onder Afdeling Batubara. Bila dianalogikan dengan kondisi sekarang, Asahan merupakan Kabupaten dan Batubara menjadi kecamatan.  Sementara itu, kekuasaan kelima Datu yang sebulumnya memerintah di Batubara tetap dipertahankan. Kekuasaan para Datuk tersebut nantinya, secara peralahan dipangkas sampai akhirnya mereka hanya mendapatkan semacam fee dari pemerintah kolonial. Datuk Tanah Datar, Bogak, Lima Puluh, Lima Laras dan Pesisir mendapatkan ganti rugi masing-masing sebesar 2,000 guilder setahun. Khusus untuk Datuk Lima Puluh diberikan lagi tambahan ganti rugi sebesar 875 guilder kerana pengambilan alih hak cukai di muara Sungai Gambus dan Telok Piai. Syahbandar Batubara menerima 750 guilder pertahun karena  kehilangan hak penerimaan cukai. 

Kenapa Belanda harus membayar fee kepada mereka padahal dengan kekuasaan penuh ditangan mereka pada waktu itu, bisa dikatakan para Datuk itu bukan apa-apa? Tentu ini hanya politik Belanda agar para Datuk itu menjadi 'anak manis' mereka. Setelah lelah dan compang-camping karena perang dengan Pangeran Diponegoro (Java Oorlog 1825-1830), Mereka tidak mau ambil resiko sekecil apapun itu. Memang pernah terjadi pemberontakan kecil, misalnya, Raja Pagurawan, Tahun 1894, Datuk Setia Wangsa, karena menentang Belanda. Namun akhirnya dibuang ke Bengkalis selama lima tahun. Beliau digantikan oleh putranya Datuk Setia Maharaja Lela. Begitu juga Raja Tanjung Kasau dijatuhkan Belanda di tahun 1900 digantikan oleh adiknya Raja Maharudin.

Batubara menjadi Afdeling ketika residensi Sumatra Timur dibentuk pada tahun 1889. Sejak itu Batubara menjadi Afdeling sendiri (tidak lagi bertanggung jawab kepada Kontrolir Afdeling Asahan di Tanjung Balai, tetapi kepada Resident di Medan yang kala itu dijabat oleh G.A. Scherer.

Malam semakin larut. Untuk sementara kita cukupkan sampai disini, lain waktu kita sambung lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulailah

Pagurawan